Cibaduyut
Selasa, 08 Desember 2009
Pusat perbelanjaan sepatu cibaduyut adalah pasar penjualan sepatu terpanjang di dunia, dimana di lokasi tersebut merupakan sentra penjualan sepatu hasil kreasi para pengrajin yang ilmu pembuatannya didapat secara turun menurun, pada tahun 1989 pemerintah R.I meresmikan cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata. Atas dasar ini Pendiri Toko sepatu Oval memberanikan diri bersaing dengan ratusan kompetitor sejenis untuk berusaha dalam bidang persepatuan. Oval didirikan Oleh Bapak H. Sambas Sulaeman.
Pada Awalnya pendiri hanyalah pedagang kecil yang memiliki kios ukuran 2x3 m di pasar kosambi, namun seiring perkembangan dan jerih payah, Usahanya mulai menampakkan hasil, dan dengan modal pengalaman dan jam terbang di bidang per-sepatuan, pendiri mulai dalam memberanikan diri bersaing di pangsa pasar yang lebih besar, yaitu Cibaduyut.
Setelah Oval berjalan selama 5 tahun, pada tahun 1994, Oval mengalami musibah Kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan beserta isinya, yang mengakibatkan Pendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun dengan semangat dan pantang menyerah dan pemikiran bahwa semuanya akan kembali kepadaNya.
Dengan tekad untuk maju dan berkembang, serta tanggung jawab akan keluarga dan para karyawan yang telah setia dan bekerja keras membangun bisnis ini, setahun kemudian Oval kembali berdiri dengan lebih kokoh, besar dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dari sebelumnya. Tepat pada tahun 1995, Oval mulai kembali beroperasi, dan memiliki cabang di jl. Pasteur, cihampelas, jl. A.Yani, kuningan Ujung pandang, jakarta dan tanggerang, pada saat itu Oval diresmikan oleh walikota bandung, yang pada saat itu dipegang oleh Bapak Ateng Wahyudi.
Mulai saat itu Oval lebih dikenal luas di luar daerah, bahkan sampai keluar pulau jawa, banyak para pengunjung yang berasal dari luar kota bandung, yang komposisi dari para pengunjung adalah 70 % dari luar bandung dan 30% dari kota bandung itu sendiri. Saat ini perkembangan wisata belanja di kota bandung cukup pesat perkembangannya, sehinngga Oval merasa perlu untuk menyikapi kebutuhan dari konsumen itu sendiri, yaitu membuat Factory outlet.
Oval berlokasi di Jl. Cibaduyut 142 Bandung
Talaga Bodas
Talaga dalam bahasa Sunda berarti telaga atau situ, dan 'bodas' berarti putih. Talaga bodas berarti telaga yang putih. Tapi sebenarnya telaga ini adalah kawah di atas puncak Gunung Talaga Bodas bekas letusan berabad-abad lalu. Kalderanya yang beku kemudian digenangi air hingga membentuk telaga. Disebut Telaga Putih karena telaga ini memang didominasi warna putih lantaran kandungan belerangnya cukup tinggi.
Gunung Talaga Bodas sendiri berada di wilayah perbatasan Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Tepatnya di selatan Kecamatan Wanaraja. Kawahnya berada di tengah-tengah hutan hujan tropis yang cukup lebat. Jarak kawah ini dari pusat Kota Garut sekitar 28 km. Umumnya para pengunjung kawah menempuhnya dengan berjalan kaki.
Kawah ini sudah sangat dikenal sejak zaman Belanda. Banyak turis asing mengunjungi kawah ini. Selain melongok kawah yang indah, di kaki Talaga Bodas dulu juga ditemukan perkampungan tradisional di Desa Papandak dengan pola atap rumah mirip rumah gadang di Padang. Pada jaman itu, orang-orang mengunjungi kawah ini umumnya dengan berkuda.
Saking indahnya, Pemerintah Kolonial Belanda menetapkan kawah Talaga Bodas sebagai tujuan wisata andalan. Taman Wisata ini dikukuhkan lewat SK Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 4 Februari 1924. Pada zaman Belanda pula, belerang di kawah ini ditambang untuk kepentingan medic dan kimia
Dari kawah ini sebenarnya juga terpendam potensi panas bumi. Tak aneh jika sesekali di atas kawah muncul hembusan dan kepulan asap putih. Temperatur gasnya bisa mencapai 85° – 95°C. Potensi panas bumi dari kawah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk PUP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) seperti sudah dilakukan di Kawah Kamojang dan Darajat.
Bahkan tahun 1990-an sudah pula dibangun instalasi untuk itu. Sayangnya proyek tersebut gagal karena hantaman krisis ekonomi.
Jika pada jaman Belanda kawah ini begitu dikenal, dan dijelaskan begitu detil dalam buku-buku petunjuk perjalanan wisata, kini Talaga Bodas justru semakin pudar ketenarannya. Pamornya kalah oleh kawah Papandayan atau Cipanas, bahkan oleh Situ Cangkuang dan Bagendit. Mungkin suatu saat — jika Pemda telah benar-benar menyadari potensi pariwisata di kawah ini — Talaga Bodas akan kembali menjadi tujuan wisata andalan di wilayah Kabupaten Garut
Candi Cangkuang (Garut)
Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Candrasasmita berdasarkan laporan Vorderman (terbit tahun 1893) mengenai adanya sebuah arca yang rusak serta makam leluhur Arif Muhammad di Leles. Selain menemukan reruntuhan candi, terdapat pula serpihan pisau serta batu-batu besar yang diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum. Penelitian selanjutnya (tahun 1967 dan 1968) berhasil menggali bangunan makam.
Walaupun hampir bisa dipastikan bahwa candi ini merupakan peninggalan agama Hindu (kira-kira abad ke-8 M, satu zaman dengan candi-candi di situs Batujaya dan Cibuaya?), yang mengherankan adalah adanya pemakaman Islam di sampingnya.
Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah danau Cangkuang pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Lokasi danau Cangkuang ini topografinya terdapat pada satu lembah yang subur kira-kira 600-an m l.b.l. yang dikelilingi pegunungan: Gunung Haruman (1.218 m l.b.l.) di sebelah timur - utara, Pasir Kadaleman (681 m l.b.l.) di tenggara, Pasir Gadung (1.841 m l.b.l.) di sebelah selatan, Gunung Guntur (2.849 m l.b.l.) di sebelah barat-selatan, Gunung Malang (1.329 m l.b.l.) di sebelah barat, Gunung Mandalawangi di sebelah selatan-utara, serta Gunung Kaledong (1.249 m l.b.l.) di sebelah timur.
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.
Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m (dibangun ketika pemugaran supaya bangunan menjadi stabil).
Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800-an) dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.
Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.
Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 35%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui.
Candi ini berjarak sekitar 3 m di sebelah selatan makam Arif Muhammad.
Ciater (Sari Ater)
Ciater merupakan suatu daerah di Kabupaten Subang yang terkenal dengan air panas alami. Air panas yang dihasilkan berasal dari kawah aktif Tangkuban Perahu. Daerah wisata yang terletak tidak jauh dari wana wisata Tangkuban Perahu ini menyajikan panorama alam yang menakjubkan, air panas alami, udara yang sejuk dan hamparan permadani kebun teh nan hijau yang juga menambah keindahan alamnya. Dengan lingkungan yang disajikan, dapat menjadi suatu tempat yang sangat tepat untuk refreshing dan melepas penat dari segala kesibukan sehari-hari.
Dengan dilengkapi berbagai fasilitas wisata yang lengkap, tidak salah kiranya bila Wisata Sari Ater menjadi salah satu obyek terpopuler di Indonesia. Penginapan, tempat makan, arena bermain, kolam renang dan berbagai fasilitas lainnya tersedia disini.
Tempat wisata air panas ini dapat Anda temui,diantara perbukitan yang berudara cukup dingin dan hamparan perkebunan teh yang indah, menuju Kabupaten Subang dari arah utara Kota Bandung, Nama Ciater cukup populer, selain karena tempat wisata air panasnya juga karena memiliki resort yang indah yang dinamai Sari Ater.
Jarak dari Bandung- Ciater sekitar 25 kilometer, dapat ditempuh selama 1,5 hingga 2 jam perjalanan. Dari pusat Kota Lembang, cukup ditempuh dengan waktu 20 menit saja. Jalan-jalan yang dilalui juga merupakan arena wisata yang indah seperti observatorium Boscha, bumi perkemahan Cikole Lembang, Gn Tangkuban Parahu, Pusat Susu Murni Lembang, atau juga pusat pengembangan hortikultura.
Di Ciater, pengunjung selain dapat menikmati pemandian air panas, juga bisa bersantai di arena wisata yang cukup luas, serta dapat menikmati pelayanan terapi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian ternyata air panas Ciater mengandung jenis zat seperti belerang, zat kapur dan beberapa zat lainnya yang sangat baik untuk penyembuhan penyakit kulit dan penyakit tulang.
Ciater dibuka setiap hari untuk umum. Selain kolam-kolam renang air panas yang tersedia, pengunjung dapat memesannya untuk berendam air panas di kamar-kamar. Selain air panas, secara bersamaan pun Anda bisa menikmati pemandian air dingin.
Situ Cileunca
Senin, 30 November 2009
Suara mesin dari perahu tidak mampu mengalahkan suara desiran angin dan gelombang air di Situ Cileunca, Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Desiran angin itu semakin kuat menyibak rambut saat perahu terus melaju tanpa henti. Mata pun tak pernah letih memandang gelombang air, gunung-gunung, yang berada di sekitar Situ Cileunca.
Situ yang sering dibanjiri pengunjung itu mulanya merupakan hutan belantara. Pada 1918, sebagian kawasan hutan di sana dibuat situ untuk kebutuhan pengairan daerah di sekitarnya. Situ berkedalaman 17 meter ini warnanya begitu bening, sehingga enak dipandangi. Udara di Situ Cileunca yang mempunyai luas permukaan air 1.400 hektare ini sangat dingin. Karenanya, banyak wisatawan yang mendatangi tempat ini untuk camping. Kebetulan, pengelola objek wisata ini, menyediakan arena camping round.
Menurut petugas Situ Cileunca, Hendri Solehudin, wisatawan yang camping di Situ Cileunca banyak sekali. ''Makanya, tempat ini sering dijadikan acara untuk pelatihan tentang lingkungan atau opspek mahasiswa,'' katanya menjelaskan. Situ Cileunca, menawarkan banyak objek wisata. Selain bisa menikmati keindahan situ dan iklimnya yang segar, pengunjung juga bisa mendatangi kebun strawberry dan kebun arbei. Untuk mencapai lokasi kebun tersebut, pengunjung harus menggunakan perahu dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menit. Harga sewa perahu relatif murah yaitu Rp 5.000 per orang. Kita pun bebas memilih apakah perahu motor atau dayung.
Dengan berbagai fasilitas yang tersedia, tampaknya Situ Cileunca, cocok untuk lokasi liburan bersama keluarga. Karena situ ini juga dilengkapi dengan arena bermain anak-anak. Bagi pengunjung yang ingin menginap, pengelola menyediakan bungalow yang terdiri dari dua bungalow besar dan satu kecil. Untuk bungalow besar, pengunjung harus membayar Rp 250 ribu per malam, sedangkan bungalow kecil Rp 150 ribu per malam. Namun jika ingin merasa lebih nyaman, Anda bisa menyewa vila yang tersedia di dekat situ. Beberapa vila milik penduduk setempat dapat disewa dengan harga yang relatif murah. Selain berwisata, di tempat ini, pengunjung bisa belajar cara pergerakkan turbin untuk PLTA.
Situ Patengang
Hamparan hijau kebun teh Rancabali yang menyegarkan mata, mengantarkan kita ke sebuah danau cantik yang airnya tenang yang kita kenal dengan nama Situ Patengan..Keindahan alam yang diberikan oleh Situ Patengan ini akan membuat kita terkagum-kagum akan kebesaran Sang Maha Kuasa. Tidak mengherankan, kalau danau (situ) ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang datang dari berbagai kota. Mungkin karena tempat ini memang menawarkan pesona alam yang luar biasa.
Dari kejauhan selama anda menusuri jalanan yang dikelilingi kebun teh ini, danau Situ Patengan sangat kelihatan cantik, apalagi ketika anda menikmatinya langsung dari dekat rasanya stress dan penat akan sirna seketika karena damai dan segarnya atmosfir Situ Patengan ini.
Tak hanya menawarka pesona alam, Situ Patengan ini juga menawarkan sebuah tempat yang historisnya cukup dikenal. Pulau Asmara dan Batu Cinta. Biasanya wisatawan yang datang kesana akan menyempatkan diri untuk mengunjungi lokasi ini. Untuk sampai ke batu cinta kita memang harus naik perahu yang bisa kita sewa di tempat. Konon menurut ceritanya, siapapun yang singgah ke Batu Cinta dan mengelilingi Pulau Asmara maka akan mendapatkan cinta yang abadi, atau jika pengunjung yang datang bersama pasangannya, maka hubungan mereka akan langgeng.. heheheee..
Sepulang dari Danau ini tentunya anda ingin membawa oleh-oleh untuk kerabat maupun untuk anda sendiri. Jangan kuatir, disekitar danau ini banyak toko-toko kecil yang menawarkan souvenir dan buah-buahan segar yang bisa anda bawa pulang.
Kawasan Situ Patengan ini berjarak sekitar 47 kilometer arah selatan dari pusat kota Bandung. Untuk tiba ke tempat ini anda dapat melalui kota Ciwidey terlebih dahulu, gerbang utama menuju kawasan wisata Bandung Selatan. Sebelum sampai ketempat ini, anda akan melewati banyak tempat wisata seperti kawah putih, kolam renang ciwalini, perkemahan rancaupas, dan hamparan luas kebun teh Rancabali. Jika anda masih punya waktu sisa, mungkin anda bisa menyempatkan diri singgah di lokasi-lokasi wisata ini.
Tangkuban Parahu
Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Legenda Rakyat Setempat
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Diantara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya diantaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.
Kawah Putih
Kawah Putih terletak di daerah Selatan Kota Bandung, berjarak 46 km atau 2,5 jam dari Kota Bandung sampai pintu gerbang menuju lokasi kawah.Daripintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan alam dengan aneka ragam species tanaman. Kawah putih terletak di sebuah gunung yang bernama Gunung Patuha.Dahulu kala,masyarakat menganggap kawah ini kawasan yang angker karena banyak burung mati seketika melewati kawah ini.
Kepercayaan inipun lantas dibantah,ketika pada tahun 1837 seorang ilmuwan Belanda Jerman Dr. Franz Wilhelm Junghun yang juga seorang pengusaha perkebunan Belanda yang mencintai kelestarian alam melakukan penelitian dan menemukan bahwa keangkeran tersebut tidak lain disebabkan oleh adanya semburan lava belerang yang berbau sangat menyengat.Namun saat ditemukannya fakta tersebut masyarakat belum tertarik menjadikan tempat ini sebagai objek wisata. Baru setelah PT Perhutani mengembangkan tahun 1987, kawasan kawah putih dijadikan sebuah objek wisata di Jawa Barat. Air kawah di gunung ini selain warna airnya yang terang dan juga selalu berubah2. Inilah yang pada akhirnya menjadi daya tarik tersendiri. permukaan kawah umumnya berbatu dan berpasir warna putih,
sehingga kawah ini kemudian dikenal sebagai kawah putih. Beberapa peneliti mengatakan bahwa gunung patuha masih aktif, sehingga ditemukan beberapa pancaran kawah yang masih bergejolak. Didekat tempat ini pula ditemukan sebuah goa sedalam 5 meter yang pernah dipakai sebagai tambang belerang. tak heran jika beberapa kawah tiba2 beruap banyak, dan pengunjung didapati terbatuk2 akibat menghirup hawa belerang yang berbau sangat tajam.
Keindahan danau Kawah Putih, memang sangat mempesona dan menakjubkan. Ditambah lagi suhunya yang sejuk banget sepanjang hari (bersuhu sekitar 8-22 derajat celcius). Mungkin karena kawah ini terletak di gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.434m diatas permukaan laut. Bahkan, jika sudah mengetahui keajaiban alamnya, pasti akan mengatakan tak ada kawah yang seindah Kawah Putih. Karena keindahan alamnya, Kawah Putih sering dijadikan tempat Photo prawedding (sangat banyak), syuting film dan sinetron. Bahkan sekarang ini di Bandung dan kota2 sekitarnya juga,
jikalau ada yang mau photo prawedding, kawah putih akan selalu menjadi pilihan utama. Keindahan kawah putih memang susah diungkapkan dengan kata2. Datang dan nikmati sendiri dech..Dijamin anda pasti terkagum-kagum. Bahkan ada beberapa artikel tentang kawah putih yang pernah saya baca di internet, mengandaikan keindahan kawah putih itu "Seperti Surga yang tercecer" [Luar biasa ya..!!].
Dalam perjalanan menuju kawah, kita akan melewati objek yang menarik seperti rel kereta tua, sawah yang menguning, kebun teh yang hijau dan luas dan hutan pinus. Searah dengan jalur kawah putih anda bisa meneruskan perjalanan ke
Situ Patengan atau berkemah ke Ranca Upas, yang juga merupakan tempat penangkaran rusa, atau berenang di kolam renang airpanas ciwalini. Jalan dari jalan raya Ciwidey hingga ke areal parkir di dekat kawah, memang sedikit rusak, tapi itu tidak menyurutkan niat pengunjung Kawah Putih untuk datang kesana. Dari hari ke hari pengunjungnya terus berjubeldan bertambah banyak. Mungkin karena asik jalan2 tidak terasa sudah malam, jangan takut, disini banyak tersedia penginapan yang bisa anda sewa untuk menginap. Pergi atau pulang dari kawah putih jangan lupa singgah di perkebunan strawberry di kawasan Rancabali.Disana anda bisa memetik sendiri buahnya tuk dibawa pulang.
Penasaran kan?? makanya, bila sedang mengunjungi Bandung, atur waktu anda dan cobalah mampir di Kawah Putih. Dijamin akan menjadi perjalanan yang memuaskan.
Air Terjun Maribaya
Kamis, 12 November 2009
Maribaya berasal dari nama seorang perempuan sangat cantik yang menjadi sumber kehebohan bagi kaum laki-laki. Saking terpesona oleh kecantikannya, pemuda-pemuda di kampungya sering cekcok sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi pertumpahan darah.
Itulah gambaran keindahan Maribaya tempo dulu. Karena keindahan dan kenyamanan wilayah itu, lokasi pemandian air hangat itu diabadikan dengan nama Maribaya. Keelokan pemandangan disertai desiran air terjun digambarkan bagai seorang gadis cantik jelita yang membuat setiap pemuda bertekuk lutut. Namun, apakah objek wisata Maribaya saat ini masih seperti dulu yang membuat setiap orang ingin menyambanginya ?
Sejak mulai dikembangkan tahun 1835 oleh Eyang Raksa Dinata, ayah Maribaya, lokasi objek wisata itu berhasil mengubah kehidupan Eyang Raksa Dinata yang sebelumnya hidup miskin menjadi berkecukupan. Banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Mereka tidak hanya datang untuk berekreasi menghirup udara segar alam pengunungan dan perbukitan, tetapi banyak juga yang berobat dengan cara berendam di air hangat.
Eyang Raksa Dinata yang sebenarnya hanya ingin menghindari pertumpahan darah di kampungnya, malah mendapat berkah kekayaan setelah mengelola sumber air panas mineral yang dapat dipergunakan untuk pengobatan itu. Keluarga Maribaya memperoleh penghasilan dari para pengunjung yang datang berduyun-duyun.
Malam pukul dua dini hari, kendaraan roda empat yang saya gunakan melintas perlahan diantara dinginnya bumi parahyangan. Susana yang sedikit gerimis dan berkabut, semakin memaksa mata saya untuk selalu awas meneliti setiap kelokan yang ada diantara perbukitan. Maribaya, itulah arah kemana kendaraan ini hendak dituju. Saat itu memang bukan waktu yang tepat untuk berkunjung, meskipun satpam penjaga mengatakan bahwa wisata maribaya buka 24 jam, tentunya gelapnya malam akan menjadikan sebagian pesona yang ada disana tidak bisa dinikmati. Tak apalah, setidaknya saya masih bisa berendam air hangat untuk relaksasi menghilangkan keletihan setelah berkendara selama kurang lebih 3 jam dari Jakarta. Esok pagi, saat mentari kembali menuaikan tugasnya toh saya masih bisa menikmatinya dengan semangkuk bakso panas.
Maribaya memang merupakan salah satu objek wisata andalan bagi pemda Kabupaten Bandung. Objek wisata ini dulu terkenal dengan pemandaian air panasnya, namun belakangan ini jadi tenggelam setelah objek wisata pemadian air panas Sari Ater - Subang di buka. Lokasi wisata Sari Ater jauh lebih strategis karena berada di jalan raya Bandung-Subang. Pengunjung tak perlu repot-repot sengaja masuk ke jalur wisata dan melewati Pasar Lembang yang semrawut, seperti jika hendak mengunjungi Maribaya.
Selain sebagai tempat wisata pemandian air panas, dilokasi ini juga terdapat air terjun yang cukup besar. Curug Omas, dengan ketinggian kurang lebih 30 meter nampaknya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung kesana. Adanya fasilitas dua jembatan pengamat dari sisi bagian atas dan bawah juga memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk bisa lebih leluasa menikmati air terjun tanpa perlu takut menjadi basah.
Pengunjung bisa juga "bermalas-malasan" di areal sekitar air terjun sambil tiduran diatas tikar yang disewakan oleh penjaja cilik. Penjaja cilik itu juga dengan sigap membantu memesankan makanan yang diinginkan pengunung kepada penjual makanan yang berada di sekitar. Udara yang dingin dan pepohonan yang rindang ditambah pula dengan gemuruh suara air terjun dari kejauhan, menjadikan objek wisata ini ramai dikunjungi dihari-hari libur atau akhir pekan.Sekelompok anak muda saat itu tampak bersenda gurau dibawah sebuah limpahan air terjun. Beberapa pose "konyol" nampak jelas mengiringi saat dilakukan pengambilan gambar oleh salah seorang rekannya. Baju yang basah terkena biasan air terjun, malah semakin mengeraskan sara tawa dan senda guaru mereka :D
Disudut lain tampak sekelompok pengunjung tengah asik memberi makan kepada kera liar yang ada pada lokasi wisata ini. Kera-kera tersebut terkadang cukup berani untuk mendekati pengunjung, mengharapkan lemparan makanan dan saling berebutan dengan kera lainnya. Jerit anak kecil yang berteriak kegirangan melihat polah kera-kera tersebut menambah ramai suasan yang ada. Namun ada pula yang tampak bersembunyi dibalik kaki orang tuanya ketika seekor kera mencoba mendekati.
Secara keseluruhan, dari pengamatan saya, objek wisata Maribaya nampaknya lebih banyak dikunjungi sebagai objek wisata air terjun daripada objek wisata pemandian air panas. Memang masih terdapat pengunjung yang memanfaatkan air panas yang ada di objek wisata ini sebagai salah satu pengobatan alternatif terhadap beberapa jenis penyakit, namun bila dilihat secara sekilas, pengunjung yang datang cenderung lebih menikmati pesona air terjun atau bersantai-santai dibawah rindangnya pepohonan.
Langganan:
Postingan (Atom)